Rabu, 29 Mei 2013

Kisah Keturunan Dinasti Han Di Pulau Jawa

Peta Kekuasaan Dinasti Han

Mike PortalKetika membaca sejarah Tionghoa Indonesia, saya menemukan satu paragraph menarik yang menceritakan adanya keturunan dinasti Han di pulau Jawa sejak jaman Han. Sebelum menarik kesimpulan benar atau salah paragraph yang akan saya tuliskan di bawah dan sambil menanti datangnya buku �Notes Yong An� ????yang menuliskan itu, kita perlu bersikap arif dengan tidak mengenyampingkan kemungkinan benarnya juga ada kemungkinan salahnya, bergerak terus dalam tafsir menafsir, di dalam pergerakan itu akan melahirkan wawasan baru dan wacana baru hingga nantinya mungkin bisa terhenti, pembedahan teks ke teks, kedalaman isi teks, komparasi hingga objek situs jika ada dan sebagainya. Derrida mengatakan bahwa bahasa adalah intensionalitas kita perlu sadari bahwa segala sesuatu adalah teks, yang bisa dibaca dalam perspektif bahasa.

Sekilas sejarah penulis �Notes Yong An�. Pada masa dinasti Qing, Xue Chengfu ??? ( 1838-1894 ) adalah seorang pejabat tinggi kerajaan Qing yang menjadi murid Zeng Guofan ???, sempat menjadi duta Qing di empat negara Eropa. Salah satu yang menarik adalah desakannya kepada Inggris agar mengijinkan kerajaan Qing untuk membuka konsulat di wilayah Asia Tenggara dan Burma.
Sekilas isi yang dikutip oleh prof.Huang Kunzhang ??? dalam �Sejarah Tionghoa Indonesia� dan diterjemahkan secara bebas oleh saya.

 Pada masa dinasti Han Timur, di Dinghai ??( skrg. Kabupaten Zhen Hai ??Provinsi Zhejiang ?? ) ada seorang pelajar ( ?? ) yang ditangkap oleh penjahat dari Nan Yue ?? ( Guangdong Selatan ), setelah berhasil melarikan diri, ia menjadi pedagang, ketika ia berlayar ke Singapore, terkena hantaman angin topan dan terombang ambing hingga pulau Jawa, disana ia menetap selama 5 tahun baru kembali ke Tiongkok.

Orang Dinghai ini pernah berkata kepada orang lain bahwa di pulau Jawa wilayah selatan ada perkampungan dan bernama kampung marga Liu ??, disana yang tinggal ada sekitaran ribuan keluarga dan semua bermarga Liu. Mereka berkumpul dan menetap disana, karena mereka adalah keturuan kaisar Huidi ?? ( 194 BCE-199 BCE ).

Dia juga mengatakan bahwa orang kampung Liu itu hendak menulis ulang dan menata kembali buku marga Liu, minta ia membuat kerangkanya. Ia kemudian membuka halaman pertama dari buku marga Liu, dilihat di dalamnya asal muasal klan marga Liu di Jawa : Saat masa kaisar Hui, ibusuri Lv sakit keras, ia ( Lv ) memberikan kekuasaan pada marga Lv.

Setelah ibu suri Lv meninggal, para pejabat kemudian membunuh orang-orang ibusuri, bahkan membunuh anak Huidi, yakni Shaodi ??. Istri Shaodi, permaisuri Zhang menyuap para kasim, bayi yang berumur 3 tahun, anak Shaodi digendong keluar dari istana di malam hari. Diberi kepada adik pemaisuri Zhang yang bernama Zhang Yan ?? yang kemudian memeliharanya diam-diam.

Saat raja Yue Selatan ??? Zhao Tuo ?? mengirim upeti ke istana, Zhang Yan memanfaatkan itu dengan mengirimkan ke Nan Yue. Zhao Tuo saat mengetahui anak itu adalah cucu pertama dari Huidi, iapun member jabatan dan tanah kepada anak itu. Tapi saat setelah bergenerasi-generasi ( tulisannya belasan generasi ), tanah pemberian itu sudah melenyap, yang mengakibatkan keturunannya menjadi rakyat biasa.

Keturunannya bertambah banyak, walau sudah berpindah, tapi selama 2000 tahun ini buku marga Liu masih bisa dicek. Dalam rumah abu marga Liu di pulau Jawa, masih menyimpan 3 buah pusaka, pertama adalah cap kerajaan kecil istana Han ?????, kedua adalah kaca perunggu kuno, satunya adalah giok Ruyi. Ke 3 pusaka ini adalah kenang-kenangan dari permaisuri Zhang untuk anaknya, yang kemudian menjadi pusaka warisan keluarga. Rumah abu Liu amat luas, depan altar Di zi ?? ( Shao di ?? ), belakang  altar Huidi dan permaisuri Zhang.

Walau terdengar menggelikan dan kekurangan catatan sejarah, tapi kita tidak bisa menutup kemungkinan dari legenda ini bahwa jaman Han dahulu sudah ada orang Tionghoa yang tinggal di pulau Jawa. Dan beberapa penggalian arkeologis dan catatan sejarah sudah membuktikan adanya hubungan antara Tiongkok dan tiga pulau utama Indonesia. Hanya yang perlu dicari adalah rumah abu marga Liu yang ditulis oleh Xue Chengfu itu ada dimana ? Apakah ada cap istana ? Apakah ada cerita pendukung atau catatan pendukung ? Kronologisnya menurut versi lain seperti apa ? Ini bisa menjadi bahan diskusi atau juga bisa menjadi dongeng tertawaan, tapi perlu diingat bahwa kemungkinan wacana baru, apakah pada masa dinasti Han sudah ada orang Tionghoa  yang menetap di Indonesia ?


Ardian Cangianto