Sabtu, 25 Mei 2013

Dinasti Ming, Dinasti Terakhir Bangsa Han

Peta Kekuasaan Dinasti Ming

Mike PortalSetelah berhasil mengusir bangsa Mongol, Zhu Yuanzhang menobatkan dirinya sebagai kaisar dengan gelar Ming Taizu (1368-1398). Tahun pemerintahnnya disebut dengan Hongwo, sehingga ia juga dikenal sebagai sebutan Kaisar Hongwo, dan dinasti barunya Dinasti Ming.

Zhu Yuanzhang digantikan oleh cucunya bernama Zhu Yunwey dengan gelar Jianwen (1399-1402). Tetapi pada saat itu, kekuasaan berada di tangan putra-putra Zhu Yuanzhang. Kaisar Jianwen berusaha mengendalikan para pamannya itu dengan jalan membatasi kekuasaan mereka, tetapi usahanya ini mendapat tentangan keras. Akibatnya, timbul perang saudara selama 4 tahun anatara kaisar dengan paman-pamannya. Dari segala kepandaiannya, kaisar bukanlah tandingan pamannya yang bernama Zhu Di (putra keempatnya Zhu Yuanzhang).

            Zhu Di mengangkat dirinya sebagai Kaisar Yongle (1403-1424) yang berarti �Kebahagian Abadi�. Pelayan samudra merupakan salah satu hal yang patut di banggakan pada masa dinasti Ming. Kaisar Yongle telah memerintah Admiral Zheng He untuk mengadakan pelayaran ke selatan menuju negeri-negeri yang jauh. Ia berhasil berlayar sejauh Afrika (Mogadishu dan Malindi), kalkuta, dan Kalombo jauh sebelum bangsa baarat berhasil mencapainya. Yongle digantikan oleh putra tertuanya yaitu Hongxi (1425) hanya memerintah setahun.

Pengganti Hongxi adalah cucu Yongle yang bernama Zhu Zhanji yang gelarnya sebagai Xuande, memrintah pada tahun 1426-1435. Ia dapat dikatakan sebagai seorang penguasa yang sempurna karena piawi dalam bidang kemilimiteran, administrasi pemerintahan dan seni. Masa pemerintahan Xuande boleh dikatakan cukup stabil. Kemakmuran dan kesenian berkembang pesat. Sebagai seorang reformis, Xuande berusaha memerangi ketidak adilan, menetang hukuman matim serta mendorong dihapuskannnya hukuman kurungan bagi orang miskin yang tidak mampu membayar utang-utangnya. Keselahan terbesar yang dilakukan Xuande adalah andilnya dalam meningkatkan kekuasaan kaum Keberi, di mana ia mendirikan sekolah khusus bagi mereka yang mengangkat mereka sebagai penasehat militernya. Ia juga sering memerintahkan kepada kasimnya untuk mencari benda-benda aneh, benda-benda langka dan bahkan cengkrik aduan yang selalu menang. Kaum keberi diutusannya pula mencari gadis-gadis Korea yang terkenal kecantikannya untuk dijadikan selir.

Xuande adalah kaisar pertama Dinasti Ming yang sungguh-sunggguh melindungi seni. Sebagai seorang pelindung seni, dikumlpulkan para seniman dari berbagai penjuru dan memerintahkan agar menghiasi makam-makam leluhurnya. Ketika Xuande wafat, sepuluh orang selir ikut dikuburkan bersamanya.

            Penggantinya adalah Zhu Qizhen putra dari istri keduanya bernama Sun. Ia naik tahta dengan gelar Zhengtong pada tahun 1436 saat baru berusia 8 tahun. Karena usianya yang masih belia, neneknya yang bernama Zhang (jandi Hongxi) memegang tumpuk kekuasaan penuh sebagai wali dengan dibantu oleh tiga orang menterinya bijaksana.

Sementara itu, bangsa Mongol yang dahulu diusir oleh Zhu Yuanzhang ke utara, kini menjadi kuat kembali. Mereka menyatukan dirinya dibawah Esen Khan. Kaisar Zhengtong pada tahun 1449 melakukan kesalahan fatal dengan mengikuti bujukan gurunyya, seorang kasim bernama Wang Zhen untuk menyerang Esen Khan. Akhirnya Zhengtong yang tidak sempat melarikan diri ditawan oleh mereka.

            Sebagai penggantinya diangkatlah adik Zhengtong yang bernama Zhu Qiyu sebagai kaaisar baru dengan gelar Jingtai (1450-1457). Ia merupakan seorang penguasa yang lemah, namun berkat jasa para menterinya, ibukota berhasil dipertahankan dari serangan Esen Khan.  Dengan mengangkat kaisar baru, pihak China telah berhasil menurunkan nilai penting bekas kaisaranya yang disandra oleh bangsa Mongol. Jingtai mengalami sakit kerasnya pada tahun 1457. Pada saat itu terjadilah kudeta menggulingkan Jingtai dan mengangkat kembali Zhengtong sebagai kaisar dan Jingtai wafat didugaakan karena siksaan kaum pemberontak. Setelah menduduki singgasannya kembali, Zheng tong yang saat itu telah mengganti gelarnya dengan Tianshun melakukan gerakan pembersihan. Ia melakukan jasa kaum Keberi dan memebentuk dinas rahasianya sendiri untuk memata-matai dan menemukan orang yang berniat menentangnya.

            Putra tertua Zhengtong, Chenghua memerintah pada tahun 1465-1487, dan diangkat sebagai pengganti ayahnya. Usianya baru 20 bulan ketika ayahnya ditawan bangsa Mongol. Chenghua memiliki kepribadian lemah, peragu, dan agak gagap ketika berbicara. Kaisar ini juga dikenal sebagai penggemar seni musik dan pertunjukan. Saat naik tahta, ibunya serta Ratu Qian permaisuri Zhengtong berebut kedudukan sebagai wali dan pada masa akhir pemerintahannya kekuasaan didominasi oleh selirnya Wan Guifei. Mereka melaukan reformasi dan pembenaan terhadap kesalahan rezim pemerintahan sebelumnya. Bidang militernya juga diperkuat oleh mereka sehingga kini kekuatan Dinasti Ming dapat mengungguli bangsa Mongol dan Jurchen. Dinasti Ming akhirnya menjadi disegani oleh negara-negara tetangga. Belakangan kekuasaan jatuh ke tangan seorang selir bernama Wan Guifei. Istri pertama Chenghua telah di turunkan dari kedudukannya karena memukul selir ini. Ia juga membunuh anak selir-selir lainnya agar mereka tidak mendapatkn kesempatan pewaris tahta. Chenghua membiarkan sepak terjang selirnya itu hingga kekuasaannya makin menjadi-jadi. Ia beserta Liang Fang, kasim kesayangannya, dan Wang Zhi, kepala keberi, mulai memerah negeri itu habis-habisan.

            Kekuasaan penuh angkara Wan Guifei beserta kaum Keberi yang jahat itu harus berakhir setelah naiknya tahta Hongzhi yang memerintah pada tahun 1488-1505, putra yang disembunyikan dari ancamana pembunuhan Wan itu. Ia merupakan salah seorang termuka Dinasti Ming yang terkenal karena kebajikannya. Sebagai seorang penganut aliran Konfusianisme yang teguh, ia mendengarkan saran-saran Dewan Penasehatnya. Kaisar bijaksana ini dikenal cermat dalam urusan kenegaraan. Oleh karena itu, semasa pemerintahannya negara berada dalam keadaan stabil dan harmonis.

Zhengde memerintah tahun 1506-1521 merupakan penguasa Dinasti Ming berikutnya yang menjadi putra kesayangan ayahnya (Hongzhi). Saat menjelang kematiannya, Hongzhi baru menyadari kelemahan putranya ini dan memohon pada Dewa Penasehat agar membimbing dan menjaga putranya tersebut. Kekahawatiran hongzhi ini menjadi kenyataan, karena Zhengde ternyata tidak menyukai urusan kenegaraan , tatacara istana, serta para nasihatnya yang kolot. Kekuasaan jatuh kembali ke tangan kaum Keberi, dan kaisar bahkan bermain-main sebagai pedagang dalam pasaran yang diselenggarakan oleh kasim di istana. Para pejabat yang khawtir dengan keaadaan ini, mencoba menyingkirkan kaum Keberi pada tahun 1506 tetapi gagal.
Zhengde tertarik dengan segala sesuatu yang berbau Tibet. Ia membangun sebuah kuil baru di kompleks istananya bagi para Lama. Terkadang ia mengenakan pakaian Tibet dan upacara pemakaman ibunya di pimpin oleh para biksu Tibet. Peristiwa yang terpenting yang terjadi pada masa pemerintahan kaisar ini adalah pemberontakan yang diterbitkan seorang pangeran di Ningxia pada tahun 1510 yang diikuti dengan dua tahun masa kekacauan di Sichuan. Pada masa akhir pemerintahannya, kaisar banyak melakukan pemborosan dengan melakukan perjalanan keliling negeri yang menghabiskan pembendaharan negara. Sekembalinya dari perjalanan terakhir, kaisar muntah darah dan jatuh sakit. Tiga bulan kemudian ia meninggal.

            Zhengde tidak mempunyai seoarng putra pun, sehingga singgasana Dinasti Ming terpaksa dialihkan kepada putra angkatnya yang naik tahta dengan gelar Jiajing (1522-1567). Kaisar baru ini merupakan keturunan putra bungsu Chenghua dengan seorang selir yang berasal dari Huangzhou. Jiajing ini seorang penganut Daoisme yang fanatik. Ia begitu terobsesi untuk menemukan obat hidup abadi.
Pada tahun 1542 , nyawa Jiajing berhasil di selamatkan dari usaha pembunuhan oleh para selirnya. Delapan belas orang selir mencekiknya dengan tali ketika sedang tidur. Namun, usahanya ini gagal karena mereka telah menarik simpul yang slah dan di samping itu salah seorang gadis telah membocorkan rencana itu pada ratu. Kendati obsesi Zhengde pada Daoisme sedikit banyak telah menyebabkannya mengabaikan urusan kenegaraan, untungnya ia berhasil memilih dan mengangkat menteri-menteri yang berkapasitas tinggi serta setia.

Masa pemerintahan Jiajing yang berlangsung cukup lama ini memberikan kestabilan bagi China. Meskipun demikian, pertahanan negara dapat dikatakan sangat lemah. Bangsa Mongol di utara  yang saat itu dipimpin oleh Altan Khan (1507-15820 telah menyusun kekuatannya kembali, dan pada tahun 1542 dengan penuh keberanian menyerang China. Sementara itu, di pantai sebelah tenggara, bajak laut Jepang menjadi makin ganas dan melakukan perampokan terhadap propinsi-provinsi China yang berbatasan dengan pantai.

            Longqing (1567-1572) yang merupakan pengganti Jiajing, sesungguhnya tidak begitu disukai ayahnya, yang telah memilih putra selirnya. Namun, karena pertimbangan bahwa Longqing yang lebih tua usianya. Sebagai penguasa yang lemah, tidak sedikit pun ia tertarik pada urusan negara. Berkat menterinya yang cendekia bernama Zhang Zhuzheng , perjanjian perdamaian berhasil dilakukan dengan Altan Khan, yang bersedia menerima status sebagai negara vasal (negara taklukan). Selain itu, gangguan para bajak laut Jepang juga berhasil diatasi.

            Dinasti Ming yang terkenal berikutnya adalah Wanli (1573-1620). Pada masa kekuasaannya, transformasi China menuju negara modern dimulai. Wanli yang memerintah selama kurang 47 tahun, merupaka penguasa China yang memerintah terlama setelah Han Wudi. Ia merupakan putra ketiga Longqing dan naik tahta saat baru berusia 10 tahun. Bidang pendidikan juga berkembang pesat semasa kekuasaan kaisar Wanli.

Pada mulanya pemerintahan Wanli dapat dikatakan baik karena didukung oleh menteri-menteri yang cakap dan loyal, termasuk Zhang Zhuzheng yang telah mengabdi semenjak pemerintahan kaisar sebelumnya. Efesiensi dan kedisiplinan dalam administrasi pemerintahan berhasil dibangkitkan kembali. Tetapi setelah kematian Zhang Zhuzheng, Wanli mulai menarik diri dari pemerintahan. Perseturuan dengan bangsa Mongol timbul kembali di mana pada tahun 1560 berhasil merebut Qinghai.

            Bangsa Jepang dibawah pimpinan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) berhasil menaklukan Korea �negara protektorat china, sehingga menimbulkan perang dasyat selama lima tahun (1593-1598) guna mengusir mereka. Kendati dimenangkan oleh Dinasti Ming, ekspidisi militer ini menelan biaya sangat besar yang menghabisakan devisa negara. Keuangan negara menjadi semakin memprihatikan dan itu semua masih di bebani oleh kehidupan Wanli yang sangat boros. Untuk mengatasi permasalahan keuangan yang makin menjadi-jadi, kaisar membuka kembali tambang perak pada tahun 1594 serta menarik pajak yang berat dari rakyat.

            Kaisar berikutnya adalah Taichang hanya memerintah selama sebulan saja 91620). Ia wafat tidak lama setelah memerintah. Putra Taichang kemudian naik tahta dengan gelar Tianqi (1621-1627). Penguasa Dinasti Ming ini merupakan seorang yang buta huruf, namun sangan terampil dalam pertukangan. Urusan kenegaraan diabaikan dan di serahkan kepada seorang Keberi Wei Zhongxian yang kemudian melakukan banyak kekejaman..

            Tianqi digantikan oleh adiknya yang naik rahta dengan gelar Chongzhen (1628-1644). Ia sekaligus merupakan kaisar Ming yang terakhir. Pada saat itu negara berada dalam keadaan kacau balau, namun ironisnya intelektualisme justru bangkit semasa pemerintahannya dan bahkan dua orang imam Yesuit, Johann Adam von Schall dan John schreck di beri kesempatan untuk memperbaiki penanggalan.
Sementara itu, menjelang akhir Dinasti Ming Bangsa Manchu di utara menjadi bertambah kuat. Pemimpin mereka Nurhachi beserta putranya Abahai berhasil merebut Liaoning pada awal abad ketujuh belas. Setelah merasa kuat mereka mendirikan dinasti yang diberi nama Qing (1626).


A. Runtuhnya Dinasti Ming

Abahai kini berniat untuk menaklukan China bagian utara. Pada tahun 1640, ia menyerang Jinzhou dengan kekuatan besar. Untuk menghadpi serangan itu, Dinasti Ming memerintahkan Hong Chengchou serta delapan orang Jendral termasuk Wu Sangui untuk mempertahankan kota. Selain itu, pihak Ming juga mengerahkan 130.000 pasukan untuk membela kedaulatan wilayahnya. Namun, Abahai berhasil menghancurkan lebih dari 50.000 pasukan China serta melumpuhkan pertahanan Dinasti Ming. Jinzhou akhirnya jatuh ke tangan bangsa Manchu dan pada tahun 1642 Hong berhasil ditawan oleh mereka. Wilayah Abahai kini bertambah luas hingga mencapai celah Tembok Besar (Shanhaiguan), tetapi ia memutuskan untuk tidak terliabat konfrontasi langsung dengan pasukan Ming yang kuat di daerah itu. Ia lebih memilih untuk mengalihkan serangannya ke Manchuria Utara, dan pada tahun 1643 seluruh daerah itu telah berada di bawah genggaman tangannya.

Meskipun demikian, kesehatan Abahai turun dengtan drastis dan wafat pada usia 51 tahun. Putra yang baru berusia enam tahun, Fulin dipilih untuk menggantikannya dengan dibantu oleh Jirgalang (sepupu Nurhaci) dan Dorgan (putra keempat belas Nurhaci) sebagi walinya. Gelar Fulin setelah menjadi kaisar adalah Shunzi (1644-1661).

Semasa kekaisaran Dinasti Ming yang terakhir Chongzhen, ancaman tidak hanya berasal dari Bangsa Manchu saja melainkan juga oleh pemberontakan yang melanda dalam negeri sendiri. Pemberontakan terpenting dipimpin oleh Li Zicheng yang berhasil merebut Beijing, ibukota Dinasti Ming pada tanggal 25 April 1644. Li lalu menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mendirikan dinasti baru adalah Xun.

Kaisar Chongzhen menggantung dirinya pada sebatang pohon dan bersamaan dengan kematiannya itu, berakhir pulalah Dinasti Ming. Jendral Wu Sangui yang ditugaskan menjaga perbatasan masih setia pada Dinasti Ming dan ia sebelumnya memang telah di panggil pulang untuk menyelamatkan ibukota. Mengetahui ibukota telah jatuh, di putuskannya untuk meminta pertolongan pada bangsa Manchu yang saat itu dipimpin Shunzhi guna mengusir Li.

            Wu membuka gerbang Shanhaiguan yang sedang dipertahankannya, dan mempersilakan pasukan Manchu untuk memasukinya. Ketika pasukan Manchu telah semakin mendekati Beijing, Li memutuskan untuk melarikan diri ke arah barat dengan sebelumnya membakar sebagian istana kekaisaran. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 4 Juni 1644. Jadi, istana yang didirikan Li hanya sempat bertahan sebulan lebih saja. Manchu memindahkan pemerintahan Mukden ke Beijing sehingga demikian berawallah kekuasaan Dinasti Qing di China.


B.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Ming

            Kaisar Hongxi yang terakhir dengan astronomi telah berhasil mengenali adanya bintik matahari jauh sebelum bangsa Barat mengenalnya. Selama masa pemerintahan Dinasti Ming, pengamatan terhadap gerhana matahari total dapat dijumpai dalam catatan-catatan sejarah Provinsi. Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan Dinasti Ming juga ditunjang oleh kedatangan para Yesuit.

            Pada tahun 1611, kaum Yesuit itu di minta untuk melakukan perbaikan terhadap penaggalan serta menerjemahkan buku-buku Barat mengenai astronomi dan matematik. Penerjemah ini dilakukan De Ursis dengan bantuan Paul Xu (Xu Guanqi tahun 1562-1633), ia seorang sastrawan Tionghoa yang telah menganut agama Kristen dan menjadi Murid Matteo Ricci.

            Salah satu karya Barat yang diterjemahkan adalah risalah matematika karangan Euklides yang tersohor itu. Tokoh Yesuit lain yang memberikan sumbangsih bagi imu pengetahuan Dinasti Ming adalah Johann Adam Schall. Ia membantu penyusunan penanggalan dan selain itu mengajar bahasa Tionghoa cara pembuatan meriam. Ensiklopedi dalam bidang teknik dan ilmu pengetahuan banyak pula dihasilkan semasa Dinasti Ming. Pada tahun 1615 terbitlah suatu karya berjudul Gongbu shangku xuzhi (apa yang Orang Perlu Ketahui Mengenai Perbengkalan dan Pergudangan Pada Kementrian Pekerjaan Umum). Wang Zheng tahun 1571-1644 menulis buku yang mengulas mengenai seluk beluk peralatan militer serta hidrolis.


C.       Perkembangan Ilmu Pengobatan

Li Shizhen tahun 1518-1593 adalah tabib terkenal yang hidup semasa Dinasti Ming. Hasil karyanya yang terpenting adalah Materia Medica (Bencao Gangmu) dalam 52 jlid yang memuat penjelasan mengenai 1.892 obat Tionghoa serta memiliki lebih dari 1000 ilustrasi. Pada perkembangan selanjutnya, karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing termasuk beberapa bahasa barat.

Li Shizhen sendiri berasal dari keluarga tabib. Semenjak kecil ia telah mengagumi pekerjaan sebagai tabib yang sanggup menyelamatkan banyak nyawa, sehingga bercita-cita pula untuk menjadi tabib seperti ayah dan kakeknya. Dari hasil pengamatannya terhadap literatur pengobatan lama, ditemukannya berbagai kesalahan fatal di dalamnya, sehingga inilah yang mendorong Li untuk menyusun Materia Medica yang tersohor itu.


D.       Perkembangan Seni

Novel-novel yang termuka elah diterjemahkan kedalam banyak bahasa merupakan produk utama zaman Dinasti Ming. Kisah Tiga Negara merupakan novel sejarah yang ditulis berdasarkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada Zaman Tiga Negara dengan dibumbui berbagai kisah dramatis. Pengarangnya adalah Lo Guanzhong yang hingga ini masih belum dapat ditentukan dengan pasti kapan kurun waktu kehidupannya. Novel ini juga tidak kalah menarik adalah Perjalanan ke Barat.

Kisah Tepi Air mengisahkan tentang 108 pendekar Gunung Liang (Liangshan). Mereka adalah kaum yang menjadi korban fitnah serta tiraniorang lain. Ada yang istrinya yang direbut oleh seorang jagoan dan tidak dapat memperoleh keadilan dari pihak berwenang.

            Karya seni arsitektur terkemuka dalam Dinasti Ming tampak pada bangunan Kuil Surgawi, tempat kaisar mengadakan upacara penghormatan pada Langit (tian). Kuil ini dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing berorientasikan arah utara-selatan, yakni Kuil Pemujaan Tahunan, tempat kaisar berdoa memohon panen yang baik, Kuil alam Semesta tempat meletakan papan pemujaan bagi langit dan leluhur, dan alat Langit suatu panggung berbentuk lingkaran yang dikelilingi pembatas berbentuk segiempat atau melembangkan peribahasa Tionghoa yang berbunyi �Langit bulat dan bumi persegi�.

            Dinasti Ming juga sangat terkenal akan keramik-keramiknya yang diekspor ke seantero penjuru dunia. Kaisar-kaisarnya sendiri menjadi pelindung bagi industri kramik dengan mendirikan pabrik keramik kekaisaran di Jingdezhen provinsi Jiangxi. Produksi keramik mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Xuande dan Jiajing. Nialinya menjadi lebih berhaga ketimbang sutra dan diekspor hingga ke Jepang, Asia Tenggara serta Timur Dekat.

            Dalam seni lukis pemerintahan Dinasti Ming berupaya menghidupkan kembali kejayaan seni lukis Dinasti Song. Objek lukisan pada masa itu adalah pemandangan alam atau hewan. Sebagaimana halnya pad zaman Dinasti Song lukisan Ming bernuansa realisitis.
Seni ilustrasi pada buku mengalami kemajuan pesat semasa Dinasti Ming. Anehnya, pendorong kemajuan ini adalah tidak adanya hak cipta pada masa itu sehingga suatu penerbit tidak dapat mencegah penerbit lain untuk menerbitkan buku yang sama. Oleh karena itu agar dapat menang dalam persaingan, para penerbit berlomba-lomba untuk menghiasi buku terbitnya dengan gambar-gambar agar dapat menarik minat pembaca.


E.       Perkembangan Ekonomi dan Masyrakat
Semasa pemerintahan Chenghua (1465-1487), terjadi perkembangan yang pesat dalam bidang industri, seperti sutra yang dihasilkan di Suzhou. Ini menciptakan golongan kaya baru yang berlomba-lomba dengan kaum bangsawan dalam mengumpulkan benda-benda seni. Pusat kebudayaan berpindah ke sebelah selatan, yakni kelembah Sungai Yangzi. Sementara itu, di desa-desa para petani miskin yang tidak mempunyai tanah berbondong-bondong ke kota, sehingga terjadi urbanisasi. Para peserta ujian pada zaman dahulu menuliskan karya-karya klasik konfusianisme yang menjadi bahan ujian pada kemeja bagian dalam mereka. Pada saat mengikuti ujian negara, para sarjana ditinggalkan seorang diri dalam ruangan sehingga memungkinkan mereka untuk melihat contekan itu.


F.      Perjalanan Muhibah Zheng He, Perkembangan dalam Navigasi dan Teknik Pembuatan Kapal

Zheng He (Cheng Ho) berangakat pada tahun 1405 dengan membawa 63 kapal, memuat 27.870 orang. Hal terpuji yang patut kita teladani adalah meskipun membawa kekuatan besar, tetapi Zheng he tidaklah berusaha menaklukan atau menjajah negeri-negeri yang dikunjungi. Hal ini tentunya berbeda dengan bangsa barat,di mana penjajahan yang mereka lakukan selalu di akhiri dengan penjajahan.

Bukti nyata teknologi China dalam bidang pelayaran di perlihatkan oleh sebuah kitab yang berjudul Wu Pei Chi, yang isinya mengenai seluk beluk pelayaran China Kuno. Kitab ini juga mencatat pula posisi bintang-bintang petunjuk arah serta informasi geografis daerah-daerah asing seperti letak, keadaan alam, dan sebagainya. Bintang kutub memiliki arti penting bagi bangsa Tionghoa serta merupakan dasar bagi astronomi Chinaa. Bintang ini dianggap sebagai �kaisar�nya bintang.

Bangsa Tionghoa selama berabad-abad telah mengetahu bagaimana pembuatan kapal yang sanggup bertahan terhadap ganasnya samudra raya. Mereka menemukan cara pembuatan rangka kapal yang kokoh dan terbagi atas berbagai bagian. Pada ujung masing-masing bagian itu, terhadap bagian yang kedap air, mirip dengan ruas-ruas batang bambu. Tentu saja untuk membuat kapal sebesar dan sebanyak yang dipergunakan Zheng He dalam misi muhibahnya diperlukan sejumlah minyak pohon tung, sehingga berhektar-hektar tanah sepanjang Sungai Yangzi harus dibersihkan dan selanjutnya ditanami pohon tung.

            Secara keseluruhan, Zheng He telah melakukan tujuh kali pelayaran. Pelayaran pertama di awali pada tahun 1405, dengan membawa 63 kapal serta 27.870 orang. Armada ini lalu berlayar menuju indochina, Champa, dan singgah di Palembang.
            Perjalanan kedua dilakukan pada tahun 1408 yang mengunjungi Pahang, Singapura, Malaka, Kalkuta, Srilanka, Maladewa, Quilon, Cochin, Kalkuta, Persia, Aden, dan Malakkah. Perjalanan ketiga berawal pada tahun 1412. Zheng He pada kesempatan kali ini mengunjungi Sumatera, Jawa, Madura, dan lain sebagainya. Pada tahun 1416, Zheng He mengawali muhibahnya keempat dengan disertai oleh utusan berbagai negeri yang mempersembahkan upeti pada Dinasti Ming. Misi muhibah kelima di lakukan pada tahun 1421 dengan menyinggahi Siam dan Sumatera. Sedangkan pelayaran keenam diawali pada tahun 1424 dengan tujuan Sumatera. Misi muhibah keenam merupakan yang terakhir dilakukan dibawah pemerintahan Kaisar Yongle. Zheng He berlayar kembali demi mempererat hubungan dengan negara-negara di seberang lautan. Pelayarn ketujuh ini di lakukan antara 1430-1433 yang mengunjungi Srilanka, Kalkuta, Cochin, Persia, Aden, dan Madagaskar.


G      Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat

1.      Konfusianisme
Tokoh konfusianis terkenal pada zaman ini adalah Wang Yangming (1472-1528/9), seorang ini keturunan dari keluarga sarjana serta pejabat terpandang. Wang mengundurkan diri dan mempelajari Budhisme serta Taoisme untuk sementara waktu. Saat berusia 33 tahun, negara memanggilnya kembali dan menugaskannya sebagai komandan pasukan.

Pemikiran Wang Yangming dapat diringkaskan sebagai berikut :
1)      Pikiran dan gagasan (principles) adalah satu.
2)      Kesadaran adalah kemampuan dalam diri manusia untuk membedakan baik dan buruk.
3)      Kesatuan antara pengetahuan dan tindakan.
Wang Yangming menyakini bahwa setiap orang sebenarnya sanggup untuk menjadi orang suci, sebagaimana yang dikatakan Mengzi bahwa setiap orang tidak musahil untuk menjadi seperti Yao dan Shun.


2.      Buddhisme
Zhu Yuanzhang pernah menjadi biarawan Buddhis, ia sangat mendukung Buddhisme. Kerap dikumpulkannya para biksu di istana untuk mengajar sebagai naskah suci Buddis seperti  Prajnaparamita dan Lankavatara. Kerajaan menyokong orang-orang yang hendak menjadi biarawan, sehingga jumlah mereka makin meningkat pesat. Pada tahun 1372.57200 biarawan Buddhis dan Taois ditahbiskan, sementara jumlah meningkat.


3.      Kedatangan Misionaris Kristen
Selama masa pemerintahan Wanli, seorang imam Yesuit bernama Matteo Ricci tahun 1552-1616 memperkenalkan kembali agama Kristen di China yang sebelumnya sudah pernah masuk ke negeri tersebut dalam bentuk Nestorianisme. Saat hendak menjalankan misinya, Matteo Ricci menyadari bahwa bangsa Tionghoa sangat menjungjung tinggi pengetahuan karya-karya klasik Konfusianisme, sehingga demi menunjang keberhasilan misinya, Ricci mulai mempelajari karya-karya tersebut. Rucci menyakini bahwa bangsa Tionghoa hanya dapat diperkenalkan pada Kekristenan jika ia dapat menghadirkan suatu bentuk agama tersebut yang selaras dengan Konfusianisme. Kebijaksanaan inilah yang kemudian mendorong beberapa sarjana terkemuka Tionghoa menganut Kristen. Misionaris lain yang terkenal adalah Etinne Faber. Tokoh legendaris ini hidup pada masa akhir Dinasti Ming dan berkaya di Shanzi. Ia telah mengarang banyak karya mengenai hagiografi Buddhis dan Daois.


F.       Hubungan dengan Kepulauan Nusantara
Selain misi pelayaran Zheng He yang mengunjungi kepulauan Nusantara, hubungan dengan China tetap terjalin dengan baik. Kurang lebih tahun 1560, sejumlah 500 kosakata telah dikumpulkan oleh Yang Lin, juru tulis kearsipan ibukota Dinasti Ming. Istilah-istilah yang sebagian besar berhubunggan dengan hasil bumi itu memperlihatkan adanya hubungan perdagangan yang ramai dengan China. Jadi bahwa bahasa Melayu yang kelak berkembang menjadi bahsa Indonesia telah menjadi bahasa persatuan (lingua franca).